Inilah Harapanku Untukmu
Tatkala kita berusaha menyediakan hal-hal yang baik saja bagi anak-anak kita, terkadang hal itu justru membuat mereka makin buruk.
Untuk cucu-cucuku, aku tahu apa yang lebih baik bagi mereka.
Aku ingin mereka menghargai pakaian bekas, es krim buatan sendiri, dan potongan daging sisa makanan mereka. Aku sungguh berharap demikian.
Cucuku yang tercinta, kuharap engkau dapat belajar tentang kerendahan hati melalui penghinaan yang kau terima dan belajar kejujuran dari pengalaman tertipu.
Kuharap engkau belajar merapikan tempat tidurmu sendiri, memotong rumput, dan mencuci mobil dan kuharap tak ada orang yang memberimu mobil baru ketika engkau baru berumur 16 tahun.
Dan, kuharap setelah itu engkau mendapat pekerjaan yang baik.
Alangkah baiknya kalau setidak-tidaknya sekali waktu engkau bisa melihat lahirnya seekor anak sapi atau melihat anjing tuamu tertidur.
Kuharap engkau pernah mendapatkan memar hitam di matamu karena membela sesuatu yang kau yakini.
Kuharap engkau mau berbagi tempat tidurmu dengan adik lelakimu. Dan, boleh-boleh saja engkau membuat garis pemisah di kamar tidur kalian, tetapi ketika ia ingin menyelusup di balik selimut bersamamu karena ketakutan, kuharap engkau mengizinkannya.
Dan, ketika engkau ingin menonton film Disney dan adik kecilmu ingin ikut serta, kuharap engkau mau mengajaknya.
Kuharap engkau dapat menjalani kesulitan berat bersama teman-temanmu dan tinggal di sebuah kota dimana engkau dapat menjalaninya dengan aman.
Dan, bila hari-hari hujan dan engkau harus diantar dengan mobil, kuharap supirmu tidak perlu menurunkanmu sejauh dua blok karena engkau tak mau terlihat diantar mobil sehingga engkau diolok-olok sebagai “anak mami”.
Kalau engkau menginginkan sebuah ketapel, kuharap ayahmu mengajarimu cara membuatnya, dan bukan membelinya. Kuharap engkau mau belajar keras dan membaca buku, dan ketika engkau belajar menggunakan komputer canggihmu, engkau pun juga harus tetap belajar berhitung dan membagi dengan otakmu sendiri.
Kuharap engkau digoda oleh teman-temanmu ketika pertama kali terpikat pada seorang gadis, dan ketika engkau membantah ibumu, kuharap engkau dapat belajar karena mulutmu dicuci dengan sabun.
Semoga lututmu terkelupas ketika mendaki gunung, tanganmu terbakar tungku perapian, dan lidahmu melekat pada tiang bendera yang membeku.
Kuharap engkau tersinggung ketika seorang tua bodoh meniupkan asap rokok ke wajahmu. Aku tak peduli kalaupun engkau pernah mencoba-coba mencicipi bir, tetapi kuharap engkau tidak akan menyukainya. Dan, jika seorang teman mengajakmu ke tempat-tempat terlarang atau mencoba obat bius, kuharap engkau cukup pintar untuk menyadari bahwa ia tidak pantas menjadi temanmu.
Tentu aku berharap engkau menyediakan waktu untuk duduk di bangku taman bersama kakekmu atau memancing bersama pamanmu. Semoga engkau dapat merasakan dukacita pada upacara perkabungan dan sukacita pada hari libur.
Kuharap ibumu menghukummu ketika engkau melemparkan bola bisbol ke jendela rumah tetangga dan semoga ibumu memelukmu dan menciumimu pada hari Natal, ketika engkau memberinya gips cetakan buatanmu.
Inilah harapanku untukmu agar engkau mengalami masa-masa sukar dan kekecewaan, kerja keras, dan kebahagiaan.
by: Paul Harvey